Karir Milenial di Era Gig Economy


Karir Milenial di Era Gig Economy

  • Indonesia saat ini tengah masuk dalam era gig economy di mana anak-anak milenial bekerja tanpa terikat dengan satu perusahaan tertentu dengan lebih dinamis, meski kurang mendapatkan kesempatan pengembangan diri secara formal.
  • Bank Commonwealth memiliki program akselerasi pengembangan individu dan persiapan calon pemimpin Bank di masa depan yang dikemas secara menarik dan berkesinambungan melalui Graduate Development Program (GDP).
Jakarta, 29 Maret 2019 – Akhir tahun lalu, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyatakan, kalau Indonesia saat ini tengah masuk dalam era gig economy di mana anak-anak milenial bekerja tanpa terikat dengan satu perusahaan tertentu dengan lebih dinamis karena jam kerja yang bebas dan lokasi bekerja yang tidak menetap. Bank Commonwealth sebagai perusahaan melihat hal ini sebagai kesempatan untuk beradaptasi dengan tren dan mengembangkan program akselerasi pengembangan individu dan persiapan calon pemimpin Bank di masa depan yang dikemas secara menarik dan berkesinambungan melalui Graduate Development Program (GDP).


Generasi milenial saat ini memang lebih banyak yang menyukai bekerja part time atau based on project dengan jam kerja yang bebas dan lokasi bekerja yang tidak menetap, misalnya co-working space ke cafe bahkan di rumah, karena lebih dinamis. Meskipun generasi milenial menyukai gaya bekerja yang seperti itu, masih ada dari mereka yang masih ingin bekerja di suatu perusahaan karena merasa membutuhkan pengembangan diri.


Dalam Indonesia Millenial Report yang dilakukan oleh IDN Research Institute dan Alvara Research menyebutkan bahwa 3 dari 10 milenial merencanakan bertahan di satu perusahaan hanya 2-3 tahun saja. Hanya 1 dari 10 milenial yang menyatakan akan bertahan bekerja di satu perusahaan lebih dari 10 tahun. Masih dari riset yang sama, para milenial berpindah perusahaan adalah karena remunerasi dan kurangnya pengembangan diri.


Data dari 2018 Deloitte Millennial Survey menyebutkan bahwa prioritas utama dari milenial adalah budaya positif di suatu perusahaan, dilanjutkan dengan remunerasi, dan kesempatan pengembangan diri atau peluang untuk belajar yang berkesinambungan. Data 2018 Deloitte Millenial Survey juga menyebutkan bahwa Gen-Z atau anak-anak yang lahir di tahun 1995-1999 menyatakan mereka butuh mengembangkan rasa percaya diri dan interpersonal skill. Selain itu, dari data yang sama, mereka juga berharap dapat mengembangkan dirinya melalui pengalaman bekerja, bukan hanya dari pelatihan, serta kesempatan belajar mengenai komunikasi, kepemimpinan, kemampuan menganalisis, dan memiliki global mindset.


"Kami sebagai industri perbankan, tentunya, beradaptasi dengan tren yang terjadi saat ini. Mungkin orang melihat industri perbankan sebagai perusahaan yang kaku dan tradisional. Namun, kami di Bank Commonwealth menyesuaikan diri dengan gaya milenial yang lebih dinamis, seperti penerapan flexible working hour dan casual style every day," kata Chief of Human Resources Bank Commonwealth Bagus Harimawan.


Bagus menjelaskan, penerapan waktu kerja yang fleksibel dan penerapan gaya berpakaian casual ini berlaku untuk staff yang tidak berhadapan langsung dengan nasabah. Para staff diperbolehkan untuk mengenakan pakaian casual tapi tetap sopan seperti celana jeans atau sneakers.

Sehubungan dengan pengembangan sumber daya manusia, Bagus menambahkan, Bank Commonwealth juga memiliki program akselerasi pengembangan individu dan persiapan calon pemimpin Bank di masa depan yang dinamakan Graduate Development Program (GDP). Dalam program GDP, selama 24 bulan para lulusan terbaik yang terpilih akan dirotasi dalam 3 unit berbeda, yaitu: unit bisnis, supporting unit dan project sebagai bagian dari pengembangan peserta GDP untuk menjadi “general banker” yang handal. Para peserta GDP juga akan mendapatkan global exposure melalui program internship ke Commonwealth Bank Group selama 4 minggu sebagai bagian dari program pelatihan mereka. Jadi, para perserta GDP dapat belajar kondisi ekonomi dan mendapatkan pengalaman bekerja di negara lain seperti di Australia (Sydney dan perth), Vietnam, dan Hong Kong.


Yang menarik dari program ini, para peserta GDP mendapatkan mentoring yang intensif dari manajemen untuk pengembangan karir (career path) yaitu berupa fast-track managerial program. "Selain itu mereka juga mendapatkan pelatihan intensif untuk mengembangkan kemampuan teknis mengenai industri perbankan dan kemampuan kepemimpinan sebagai bekal mereka untuk menjadi pemimpin Bank Commonwealth di masa depan," tutup Bagus.